Featured Post

Belajarlah Dari Mereka

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم Berusahalah belajar dari mereka yang menempatkan keimanan dan keyakinan besar atas pertolongan Allah pada awal kerja - kerja mereka. Inilah perbedaan orang - orang 'besar' dengan orang - orang biasa. Besar, karena keyakinan kpada Allah Yang Maha Memampukan dan Memberikan Kemenangan atas siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Meninggalnya Rasulullah SAW Bg 3

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم
Lanjutan dari post yang lalu, Sebelumnya telah diberikan beberapa hadits mengenai memandikan jenazah atau Wafatnya Rasulullah SAW, berikut ini beberapa hadits kelanjutanya :

Muhammad SAW
Muhammad Saw
Menshalatkan Jenazah Rasulullah SAW

Setelah jenazah Rasulullah SAW dikafani, kemudian dishalatkan. Tentang menshalatkan jenazah Rasulullah SAW ini, diriwayatkan sebagai berikut :

Ibnu Ishaq berkata : Setelah selesai persiapan (penguburan) Rasulullah SAW pada hari Selasa, beliau diletakkan di atas dipan di rumah beliau. Pada waktu itu kaum muslimin berbeda pendapat tentang di mana beliau akan dimakamkan. Ada yang berpendapat, “Beliau kita makamkan di masjid beliau”. Ada lagi yang berpendapat,“Beliau kita makamkan di tempat para shahabat beliau dimakamkan”. Lalu Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,“Tidaklah seorang Nabi meninggal dunia melainkan ia diqubur dimana ia meninggal”. Kemudian tempat tidur Rasulullah SAW yang dipakai sewaktu beliau itu meninggal diangkat, lalu di bawahnya digali lahad untuk qubur beliau SAW.


Kemudian orang-orang masuk pada Rasulullah SAW, mereka menshalatkan jenazah beliau secara bergelombang. Orang-orang laki-laki masuk (menshalatkan beliau), setelah orang-orang laki-laki selesai, lalu para wanita dipersilahkan masuk (untuk menshalatkan beliau), setelah para wanita selesai, lalu anak-anak disuruh masuk (menshalatkan beliau). Mereka menshalatkan jenazah Rasulullah SAW sendiri-sendiri tanpa diimami oleh seseorang. Kemudian jenazah Rasulullah SAW dimakamkan pada malam Rabu, tengah malam. [Sirah Ibnu Hisyam juz 6, hal. 85]

Imam Malik juga meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ مَالِكٍ اَنَّهُ بَلَغَهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص تُوُفّيَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ وَ دُفِنَ يَوْمَ الثُّلاَثَاءِ وَ صَلَّى النَّاسُ عَلَيْهِ اَفْذَاذًا لاَ يَؤُمُّهُمْ اَحَدٌ فَقَالَ نَاسٌ: يُدْفَنُ عِنْدَ الْمِنْبَرِ وَ قَالَ آخَرُوْنَ: يُدْفَنُ بِالْبَقِيْعِ فَجَآءَ اَبُوْ بَكْرٍ الصّدّيْقُ فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَا دُفِنَ نَبِيٌّ قَطُّ اِلاَّ فِي مَكَانِهِ الَّذِي تُوُفّيَ فِيْهِ فَحُفِرَ لَهُ فِيْهِ. فَلَمَّا كَانَ عِنْدَ غُسْلِهِ اَرَادُوْا نَزْعَ قَمِيْصِهِ فَسَمِعُوْا صَوْتًا يَقُوْلُ: لاَ تَنْزِعُوا الْقَمِيْصَ، فَلَمْ يُنْزَعِ الْقَمِيْصُ وَ غُسّلَ وَ هُوَ عَلَيْهِ ص. مالك فى الموطأ 1: 231، رقم: 27
Dari Malik, bahwasanya sampai khabar kepadanya, bahwasanya Rasulullah SAW wafat pada hari Senin, diqubur pada hari Selasa (malam Rabu) dan orang-orang menshalatkan jenazah beliau sendiri-sendiri, tidak ada seseorang yang mengimami mereka. (Lalu para shahabat berselisih pendapat tentang dimana Rasulullah SAW akan dimakamkan). Ada yang berkata, “Dimakamkan saja di dekat mimbar”. Dan yang lain berkata, “Dimakamkan saja di Baqi’ ”. Lalu Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang Nabi meninggal dunia melainkan ia diqubur di tempat yang ia meninggal padanya”. Maka dibuatlah liang qubur di tempat beliau SAW meninggal. Dan ketika para shahabat akan memandikan jenazah Rasulullah SAW, mereka akan melepas gamis beliau, mereka mendengar suara, “Jangan kalian lepas gamis beliau”. Maka gamis beliau tidak dilepas dan beliau SAW dimandikan dengan memakai gamis”. [HR. Malik dlm. Al-Muwaththa’ juz 1, hal. 231, no. 27]

Pemakaman Rasulullah SAW

Tentang pemakaman Rasulullah SAW ini diriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَمَّا مَاتَ رَسُوْلُ اللهِ ص اخْتَلَفُوْا فِى اللَّحْدِ وَ الشَّقّ حَتَّى تَكَلَّمُوْا فِىْ ذلِكَ وَ ارْتَفَعَتْ اَصْوَاتُهُمْ. فَقَالَ عُمَرُ لاَ تَصْخَبُوْا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص حَيًّا وَ لاَ مَيّتًا اَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا. فَاَرْسَلُوْا اِلَى الشَّقَّاقِ وَ اللاَّحِدِ جَمِيْعًا فَجَاءَ اللاَّحِدُ فَلَحَدَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص ثُمَّ دُفِنَ ص. ابن ماجه 1: 497، رقم: 1558
Dari ‘Aisyah , ia berkata : Ketika Rasulullah SAW wafat, para shahabat berselisih pendapat akan membuat liang lahad atau lubang di tengah, sehingga mereka berselisih tentang hal itu dan suaranya menjadi gaduh. Maka ‘Umar berkata, “Janganlah kalian berteriak-teriak di sisi Rasulullah SAW, baik ketika beliau masih hidup maupun setelah beliau wafat”. Atau (‘Umar mengatakan) perkataan seperti itu, lalu mereka mengutus orang kepada pembuat liang qubur dengan lubang di tengah, dan pembuat liang lahad, lalu datanglah pembuat liang lahad, maka dibuatlah liang lahad untuk Rasulullah SAW, kemudian beliau dimakamkan”. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 497, no. 1558]

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: لَمَّا تُوُفّيَ النَّبِيُّ ص كَانَ بِاْلمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَلْحَدُ، وَ آخَرُ يَضْرَحُ، فَقَالُوْا: نَسْتَخِيْرُ رَبَّنَا وَ نَبْعَثُ اِلَيْهِمَا، فَاَيُّهُمَا سُبِقَ تَرَكْنَاهُ، فَاُرْسِلَ اِلَيْهِمَا. فَسَبَقَ صَاحِبُ اللَّحْدِ، فَلَحَدُوْا لِلنَّبِيّ ص. ابن ماجه 1: 496
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Ketika Nabi SAW wafat, di Madinah ada seorang laki-laki yang biasa menggali lahad dan yang lain biasa menggali lubang tengah, kemudian mereka (para shahabat) berkata, “Kami akan memohon kepada Tuhan kami agar dipilihkan, lalu kami akan mengutus kepada kedua orang itu. Maka siapa diantara keduanya yang datangnya akhir, maka akan kami tinggalkan”. Lalu diutuslah kepada mereka berdua, dan penggali lahadlah yang lebih dahulu datang, maka mereka menetapkan lahad itu untuk Nabi SAW”. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 496]

عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّهُ قَالَ: كَانَ بِالْمَدِيْنَةِ رَجُلاَنِ اَحَدُهُمَا يَلْحَدُ وَ اْلآَخَرُ لاَ يَلْحَدُ، فَقَالُوْا اَيُّهُمَا جَاءَ اَوَّلُ عَمِلَ عَمَلَهُ فَجَاءَ الَّذِيْ يَلْحَدُ فَلَحَدَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص. مالك فى الموطأ 1: 231، رقم: 28
Dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ia berkata : Dahulu di Madinah ada dua orang laki-laki yang satu biasa membuat lahad pada liang qubur dan yang satunya lagi biasa membuat lubang di tengah pada liang qubur, yaitu bukan liang lahad. Para shahabat berkata, “Mana diantara dua orang itu yang datang lebih dahulu, maka ia yang akan melakukan pekerjaan itu”. Kemudian orang yang biasa membuat lahad itulah yang datang lebih dahulu, maka dibuatlah lahad untuk Rasulullah SAW. [HR. Malik dalam Al-Muwathtah’ juz 1, hal. 231, no. 28]

Ibnu Ishaq juga meriwayatkan sebagai berikut :

Ibnu Ishaq berkata : Menceritakan kepadaku, Husain bin ‘Abdullah dari ‘Ikrimah dari bnu ‘Abbas, ia berkata : Ketika para shahabat akan membuat galian untuk qubur Rasulullah SAW, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah adalah orang yang biasa membuat liang qubur dengan lubang di tengah seperti galian penduduk Makkah. Sedangkan Abu Thalhah Zaid bin Sahl biasa membuat galian lahad seperti galian penduduk Madinah, lalu ‘Abbas memanggil dua orang laki-laki dan berkata kepada salah seorang diantara mereka, “Pergilah kamu kepada Abu ‘Ubaidah bin Jarrah”. Dan ‘Abbas pun berkata kepada orang yang satunya lagi, Pergilah kamu kepada Abu Thalhah”. (Lalu ‘Abbas) berdoa’ “Ya Allah, pilihkanlah untuk (qubur) Rasulullah SAW”. Kemudian orang yang diutus kepada Abu Thalhah itu mendapatkan Abu Thalhah, lalu ia datang bersamanya (lebih dahulu), maka dibuatlah lahad untuk Rasulullah SAW. [Sirah Ibnu Hisyam juz 6, hal. 85]

Orang Yang Mengubur Jenazah Rasulullah SAW

Ibnu Ishaq meriwayatkan sebagai berikut :
Orang-orang yang turun di liang qubur Rasulullah SAW, mereka itu adalah ‘Ali bin Abu Thalib, Fadhl bin ‘Abbas, Qutsam bin ‘Abbas dan Syuqran bekas budak Rasulullah SAW. Aus bin Khauliy berkata kepada ‘Ali bin Abu thalib :
يَا عَلِيُّ اَنْشُدُكَ اللهَ وَ حَظَّنَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص
Hai ‘Ali, aku meminta kepadamu dengan nama Allah dari bagian Rasulullah SAW. Lalu ‘Ali menjawab, “Turunlah”. Lalu ia turun bersama orang-orang.

Ketika jenazah Rasulullah SAW diletakkan di liang qubur, Syuqran bekas budak Rasulullah SAW sudah membawa qathifah (kain beludru) yang biasa dipakai hamparan Rasulullah SAW, lalu ia (menghamparkannya) ikut dikuburnya di dalam qubur. Ia berkata :

وَ اللهِ لاَ يَلْبَسُهَا اَحَدٌ بَعْدَكَ اَبَدًا
Demi Allah, sesungguhnya tidak boleh seseorangpun sesudah engkau memakai kain itu.

Maka kain beludru tersebut ikut diqubur bersama Rasulullah SAW. [Sirah Ibnu Hisyam juz 6, hal. 87]

Ibnu Ishaq juga meriwayatkan tentang orang-orang yang mengurusi jenazah Rasulullah SAW sebagai berikut :
Berkata Ibnu Ishaq : Setelah Abu Bakar RA dibai’at, kemudian orang-orang mempersiapkan penguburan Rasulullah SAW, yaitu pada hari Selasa. (Ibnu Ishaq) berkata : Menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Abu Bakar, Husain bin ‘Abdullah dan yang lainnya dari teman-teman kami, bahwasanya ‘Ali bin Abu Thalib, ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib, Al-Fadhl bin ‘Abbas, Qutsam bin ‘Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran bekas budak Rasulullah SAW mereka itulah yang mengurusi memandikan Rasulullah SAW. Pada waktu itu Aus bin Khouliy, salah seorang bani ‘Auf bin Khazraj berkata kepada ‘Ali bin Abu Thalib :
اَنْشُدُكَ اللهَ يَا عَلِيُّ وَ حَظَّنَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص. ابن هشام 6: 83
Hai ‘Aliy, dengan nama Allah, aku meminta bagian kami dari Rasulullah SAW (ikut mengurusi jenazah beliau).

Aus adalah salah seorang shahabat Rasulullah SAW dan ia ikut perang Badr. (‘Ali bin Abu Thalib) berkata, “Masuklah”. Maka iapun masuk lalu duduk. Dan tibalah sa’at memandikan Rasulullah SAW, lalu ‘Ali bin Abu Thalib menyandarkan beliau pada dadanya, sedangkan ‘Abbas, Fadhl, Qutsam ikut membolak-balikkan jenazah beliau. Usamah bin Zaid dan Syuqran bekas budak beliau menyiramkan air pada jenazah beliau, dan ‘Ali yang memandikannya, ia menyadarkan jenazah Rasulullah SAW di dadanya, beliau dimandikan dengan memakai gamis beliau, (‘Ali) menggosoknya di luar baju beliau, tidak memasukkan tangannya pada Rasulullah SAW. ‘Ali berkata, “Aku tebusi engkau dengan ayah dan ibuku, alangkah baiknya engkau (ya Rasulullah), ketika hidup maupun mati”. Dan tidak terlihat dari Rasulullah SAW sesuatu yang biasa terlihat pada mayyit. [Sirah Ibnu Hisyam juz 6, hal. 83]

Hari Pemakaman Rasulullah SAW


Tentang hari pemakaman Rasulullah SAW diriwayatkan sebagai berikut:

عَنْ مَالِكٍ اَنَّهُ بَلَغَهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص تُوُفّيَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ وَ دُفِنَ يَوْمَ الثُّلاَثَاءِ وَ صَلَّى النَّاسُ عَلَيْهِ اَفْذَاذًا لاَ يَؤُمُّهُمْ اَحَدٌ. مالك فى الموطأ 1: 231، رقم: 27
Dari Malik, bahwasanya sampai khabar kepadanya, bahwasanya Rasulullah SAW wafat pada hari Senin, diqubur pada hari Selasa (malam Rabu) dan orang-orang menshalatkan jenazah beliau sendiri-sendiri, tidak ada seseorang yang mengimami mereka. [HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 1, hal. 231, no. 27]

عَنْ عَائِشَةَ اُمّ اْلمُؤْمِنِيْنَ قَالَتْ: مَا عَلِمْنَا بِدَفْنِ رَسُوْلِ اللهِ ص حَتَّى سَمِعْنَا صَوْتَ اْلمَسَاحِى مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ لَيْلَةَ اْلاَرْبِعَاءِ. احمد 10: 144، رقم 26409
Dari ‘Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Kami tidak tahu penguburan Rasulullah SAW sehingga kami mendengar suara orang-orang yang berjalan pada tengah malam, yaitu malam Rabu”. [HR. Ahmad, juz 10,hal. 144, no. 26409]

Demikianlah Riwayat tentang wafatnya Rasulullah SAW, beliau meninggal pada usia 63 tahun sebagaimana riwayat berikut :

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض يَقُوْلُ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص لَيْسَ بِالطَّوِيْلِ اْلبَائِنِ وَ لاَ بِاْلقَصِيْرِ وَ لاَ بِاْلاَبْيَضِ اْلاَمْهَقِ وَ لَيْسَ بِاْلآدَمِ وَ لَيْسَ بِاْلجَعْدِ اْلقَطَطِ وَ لاَ بِالسَّبْطِ بَعَثَهُ اللهُ عَلَى رَأْسِ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً فَاَقَامَ بِمَكَّةَ عَشْرَ سِنِيْنَ وَ بِاْلمَدِيْنَةِ عَشْرَ سِنِيْنَ فَتَوَفَّاهُ اللهُ وَ لَيْسَ فِى رَأْسِهِ وَ لِحْيَتِهِ عِشْرُوْنَ شَعْرَةً بَيْضَاءَ. البخارى 4: 164
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Adalah Rasulullah SAW tidak tinggi jangkung dan tidak pendek, tidak putih muthlaq dan tidak sawo matang, tidak keriting dan tidak lurus. Beliau diutus oleh Allah (menjadi rasul) di awal usia 40 th, lalu beliau tetap tinggal di Makkah selama 10 th dan di Madinah selama 10 th, lalu Allah mewafatkan beliau sedang di kepala dan jenggot beliau tidak mencapai 20 rambut yang berwarna putih". [HR. Bukhari juz 4, hal. 164]

Keterangan :
Pada hadits diatas disebutkan bahwa Nabi SAW tinggal di Makkah selama 10 tahun semenjak menjadi Nabi, dan beliau wafat dalam usia 60 tahun, itu adalah bilangan yang dibulatkan. Adapun bilangan yang lebih rinci sebagaimana riwayat berikut ini :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص مَكَثَ بِمَكَّةَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَ تُوُفّيَ وَ هُوَ ابْنُ ثَلاَثٍ وَ سِتّيْنَ. مسلم 4: 1826
Dari Ibnu 'Abbas bahwasanya Rasulullah SAW tinggal di Makkah (semenjak menjadi Nabi) selama 13 tahun, dan beliau wafat dalam usia 63 tahun. [HR. Muslim juz 4, hal. 1826]


سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ

Tren Blog

Hadits Tentang Khitan

Fadlilah Dzikir Laa Ilaaha Illallaah

10 Golongan Yang Dilaknat Karena Khamr

Hadits Tentang Walimah

Perintah Orang Tua Yang Tidak Boleh Ditaati

Blog Populer

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Khitan