Featured Post

Cobaan Hidup

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم Para nabi itu ujian hidup mereka paling berat, pedih dan mengerikan. Benar, untuk mengetahui ketaatan seorang hamba dihadapan Allah, diberikan kepada kita serangkaian ujian. Dunia yang sementara ini adalah tempat cobaan dan bekerja. Nabi Ibrahim adalah teladan terbaik bagi manusia dalam banyak ujian dan cobaan. Menghadapi orang tua yang musyrik, kaum yang angkuh bahkan penguasa yang dzalim. Dilempar dalam api yang berkobar, pengembara berpindah-pindah tempat tinggal dan 'meninggalkan' istri serta anak 'Ismail' di lembah Mekkah yang tandus dan tak ada tanda-tanda kehidupan.

Orang - orang Yang Rugi

 بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم

Orang Yang Rugi

Betapa banyak diantara kita saat bangun tidur, yang pertama kita cari adalah smartphone, membuka pesan - pesan masuk, membaca status dan media sosial yang bisa jadi tidak kita butuhkan. Betapa banyak diantara kita hanya berpikir tentang urusan - urusan dunia saja.

Ada pertanyaan mendalam dalam bentuk retoris tentang hidup, tak butuh jawaban. Allahlah yang bertanya sekaligus memberikan jawabannya. Pertanyaan tentang orang - orang yang paling merugi (الْأَخْسَرِينَ).

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا ۗ اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا
"Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya? (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya". (QS Al-Kahfi: 103-104)

Syaikh Umar bin Abdullah al-Muqbil dalam kitab "Li Yaddabbaru Ayatih" mengingatkan betapa banyak orang yang rukuk dan sujud, melakukan manasik dan perbanyak ibadah, mengira bahwa sedang menghadap kepada Allah Swt padahal ia tengah berpaling dari dariNYA, betapa banyak yang menyangka bahwa dirinya sedang berjalan kepada-NYA padahal ia sedang pergi menjauh dari-NYA.

Hal itu terjadi karena tujuan yang ditempuh telah keluar dari jalur, cara yang dipilih tidak pada maksud yang benar, jalannya telah rusak, itu semua karena kebodohan dan sifat riya'. Arriya’ (الرياء) dalam bahasa arab dari kata kerja raâ (راءى) yang bermakna memperlihatkan. Riya’ itu memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Termasuk Riya’  beribadah atau beramal kebaikan dengan niat selain kepada Allah SWT.

Riya' atas amal kebaikan itu menjerumuskan kita ke jurang kerugian tanpa batas. Riya' dapat dihindari dengan mengikhlaskan setiap amalan, memiliki niat hanya untuk menggapai keridhaan Allah semata. Saat beramal sholeh, hendaknya jangan peduli apa kata orang terhadap kita. 

InsyaAllah, bila kita tidak bertambah semangat ketika dipuji orang lain dan tidak patah semangat atau putus asa ketika dicerca orang lain, itulah tanda bahwa amalan kita ikhlas karena Allah semata.

Ingatlah Allah SWT, yakinilah Allahlah yang mengurusi segala kebutuhan hidup kita. Tak perlu khawatir akan rezeki-NYA. Harta dan kekayaan untuk dijemput sebagai bekal menemui-NYA. Dunia adalah sarana bukan tujuan kita.

Wallahu a'lam bishawab

(Ust. M. iqbal - Uniba)

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ

Tren Blog

Hadits Tentang Khitan

Fadlilah Dzikir Laa Ilaaha Illallaah

Hadits Tentang Aqiqah

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Blog Populer

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Khitan