Kultum Ramadhan Hari Pertama
Puasa dan Peduli
|
Puasa dan peduli |
Puasa yang dilakukan umat Islam ditegaskan oleh AlQur'an "bertujuan untuk memperoleh taqwa". Tujuan yang hanya bisa dicapai dengan menghayati arti puasa itu sendiri. Rasa lapar dan dahaga bukan merupakan target berpuasa, pesan Nabi "Sekian banyak orang berpuasa tdk memperoleh hasil dari puasanya kecuali lapar dan dahaga".
Ketakwaan menjadi berarti, bila membentuk kepedulian sosial.
Seorang yang berpuasa mestinya jiwa dan badannya menjadi sehat, kehormatan dirinya terjaga, dan prilaku serta tutur katanya enak di pandang dan didengar. Kalau ketiga hal tadi tidak di temukan, pasti ada yang salah dengan dirinya.
Puasa semestinya mampu menjadikan sesorang sebagai pribadi yg memiliki kepedulian, solidaritas sosial tinggi dan sikap saling toleran terhadap sesama. Kalau dengan berpuasa kepribadian semacam ini tidak mampu hadir, maka puasa yang kita laksanakan bisa termasuk sebagai sebuah kegagalan. Inilah energi terpenting yang selama ini masih belum mampu dipetik dari pelajaran ibadah puasa.
Banyak orang melaksanakan ibadah puasa tidak menciptakan perubahan, melainkan sebatas menggugurkan kewajiban. Sehingga tidak sedikit orang sukses melaksanakan puasa hanya dari sisi ritual semata, namun gagal menangkap makna hakiki.
Karena itu puasa semestinya mampu menempa dan menggembleng keperibadian seorang yang berpuasa sebagai sosok manusia yang senantiasa memiliki kepekaan sosial terhadap nasib sesama di tengah masyarakat. Saling menghargai, memberi dan berbagi. Sebagai bentuk kepedulian terhadap penderitaan yang mereka hadapi.
Teladani sikap Nabi dalam memperlakukan masyarakat kecil dan golongan lemah yang tertindas. Dengan membangkitkan harga diri dan nilai-nilai kemanusiaan mereka. Beliau hidup di tengah mereka dalam kondisi sama-sama lapar dan tidur di atas pelepah daun kurma. Demikian dekatnya Nabi dengan rakyat miskin, sampai-sampai Nabi berkata kepada para sahabatnya. Kalau kalian mencari aku, maka “carilah aku di tengah orang-orang yang lemah di antara kalian.”
Allahu a'lamu bishowab.