Kultum Ramadhan hari ke delapan
|
Proposal Kehidupan |
Proposal Kehidupan
Berinteraksi bersama para mahasiswa "kelas malam" di Universitas Islam Batik memberikan banyak pembelajaran kehidupan. Materi Manajemen Syariah (The Celestial Management) mengajak para mahasiswa yang sudah bekerja itu untuk menulis proposal kehidupannya.
Kehidupan adalah sebuah jalan yang menyampaikan kita pada sebuah tujuan, pernahkah kita renungkan, jalan seperti apa yang sedang kita lalui. Kehidupan berjalan seiring waktu, meninggalkan masa lalu dan menjemput masa depan. Jatah hidup berkurang, kematian mendekat. Sudah sampai dimanakah perjalanan kita, sudah tepatkah tujuannya dan benarkah arahnya...?!??!
Ada cerita tentang bagaimana tiga tukang bangunan memaknai hidup dan pekerjaan mereka. Saat ditanya apa yang kamu kerjakan?
Tukang pertama memberi jawaban, "Saya hanya tukang bangunan. Bekerja mengaduk semen, pasir dan mengangkut batu bata untuk kemudian menyusunnya. "
Tukang kedua punya jawaban lebih bagus, "Saya belajar untuk menjadi pemborong, 5 tahun kedepan saya akan menjadi pengusaha properti...!
Tukang ketiga menjawab lebih indah, " Saya sedang mencari rezeki yang halal, dan menata bangunan yang hakekatnya adalah bagian dari bangunan surga kelak akan kutempati di negeri akherat."
Visi-Misi, ketiga tukang batu itu berbeda. Ada yang sebatas dunia, namun tukang batu ketiga mampu memposisikan pekerjaannya sebagai ibadah. Visi akherat mengarahkan tujuannya lebih baik.
Mereka yang menjadikan pekerjaan adalah ibadah sebagaimana melaksanakan sholat, puasa, zakat, haji dan seterusnya. Niat baik karena Allah, dengan cara yang dibenarkan agama dan memperhatikan etika bisnis yang ada.
Mereka tidak hanya mendapat keuntungan dunia, namun keberkahan menjadi kata kunci sehingga kebahagiaan hidup dan ketenangan jiwa akan diraih.
Saudaraku, kebahagiaan bukanlah pada gaji, keuntungan dan harta yang bisa kita kumpulkan, tapi saat kita bisa meyakini surga begitu dekat untuk dinikmati.
Umar Bin Abdul Aziz – Khalifah yang sangat sukses hanya butuh 2 tahun tidak ada lagi rakyat miskin dalam kekuasaannya, berkata dalam proposal hidupnya.
"Jiwaku ini demikian menggelora. Jika mendapatkan sesuatu, pastilah menginginkan yang lebih baik lagi; Aku pernah menginginkan kekuasaan imarah (Jabatan Gubernur), ketika keinginan itu terwujud, akupun menginginkan kekuasaan tingkat khilafah (Kepala Negara), namun ketika jabatan Kepala Negara itu telah aku dapatkan, ternyata aku lagi-lagi ingin memperoleh yang lebih baik dari itu semua, yaitu surga yang tentu aku mendambakannya”.
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. Qs Al-An’am :162
Allahu a'lamu bishowab.