بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم
Seputar Risalah Janaiz
Mentalqinkan orang yang akan meninggal
Dalam menjenguk orang sakit, maka apabila ternyata yang sakit itu sudah amat berat dan telah mendekati ajalnya, agama mensyari'atkan untuk mentalqinkannya, yaitu menuntunnya agar mengingat Allah dengan membaca "Laa ilaaha illaallooh" (Tiada Tuhan selain Allah).
Cara menuntunnya dengan lemah lembut dan pelan-pelan, tidak tergesa-gesa supaya tidak menimbulkan perasaan tidak senang bagi orang yang sakit tersebut.
عَنْ مُعَاذٍ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَانَ اخِرُ كَلاَمِهِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. ابو داود 3: 190
Dari Mu'adz bin Jabal, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapannya itu laa ilaaha illallooh, maka dia masuk syurga". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 190]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لَقّنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. الجماعة الا البخارى، فى نيل الاوطار 4: 22
Dari Abu Sa'id dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Talqinkanlah orang-orang yang akan mati diantara kalian dengan kalimat laa ilaaha illallooh". [HR. Jama'ah kecuali Bukhari, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 22]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَقّنُوْا مَوْتَاكُمْ: لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. فَاِنَّهُ مَنْ كَانَ آخِرُ كَلِمَتِهِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ عِنْدَ اْلمَوْتِ دَخَلَ اْلجَنَّةَ يَوْمًا مِنَ الدَّهْرِ وَاِنْ اَصَابَهُ قَبْلَ ذلِكَ مَا اَصَابَهُ. ابن حبان 4: 3
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Talqinkanlah orang-orang yang akan mati diantara kalian dengan kalimat laa ilaaha illallooh”, karena barangsiapa yang akhir ucapannya laa ilaaha illallooh ketika akan mati, ia masuk surga, satu hari itu (lebih bermanfaat) daripada sepanjang hidupnya, meskipun sebelumnya ia telah melakukan perbuatan apa saja. [HR. Ibnu Hibban juz 4, hal. 3]
Keterangan :
Dari hadits-hadits di atas jelaslah bahwa perintah agama untuk mentalqin itu waktunya adalah ketika seseorang sudah mendekati ajalnya, jadi bukan di atas qubur setelah mayit itu diqubur. Dan mentalqinkan mayyit di atas qubur itu adalah penyelewengan dari tuntunan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW, bahkan bertentangan dengan ayat Al-Qur'an sendiri yang berbunyi :
اِنَّكَ لاَ تُسْمِعُ اْلمَوْتى. النمل:80
"Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak dapat menjadikan orang-orang yang telah mati itu mendengar" [QS. An-Naml : 80]
Adapun membacakan surat Yaasiin kepada orang yang akan meninggal dunia, memang ada riwayat/haditsnya, tetapi riwayat/hadits-hadits tersebut tidak ada yang sah. Di antara hadits-hadits itu sebagai berikut :
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: اِقْرَءُوْا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ. ابو داود 3: 191
Dari Ma'qil bin Yasar ia berkata : Nabi SAW bersabda, “Bacakanlah Yaasiin untuk orang-orang yang akan mati di antara kalian". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 191]
وَ ِلاَحْمَدَ وَ لَفْظُهُ: يس قَلْبُ اْلقُرْآنِ. لاَ يَقْرَأُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَ الدَّارَ اْلاخِرَةَ اِلاَّ غُفِرَ لَهُ، وَ اقْرَأُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ. احمد 5: 26
Dan bagi Ahmad dengan lafadh (artinya), "Yaasiin itu jantung Al-Qur'an, tidaklah membacanya seseorang karena Allah dan kampung akhirat melainkan dia akan diampuni, oleh karena itu bacakanlah untuk orang-orang yang akan mati di antara kalian". [HR. Ahmad juz 5, hal. 26]
Keterangan :
Hadits-hadits tersebut dla'if, karena di dalam sanadnya terdapat Abu ‘Utsman dari bapaknya, mereka itu majhul.
Yang dilakukan terhadap orang yang baru saja meninggal dunia :
A. Menutupkan kedua matanya
عَنْ اُمّ سَلَمَةَ قَالَتْ: دَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى اَبِى سَلَمَةَ وَ قَدْ شَقَّ بَصَرُهُ، فَاَغْمَضَهُ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّ الرُّوْحَ اِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ اْلبَصَرُ. فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ اَهْلـِهِ فَقَالَ: لاَ تَدْعُوْا عَلَى اَنْفُسِكُمْ اِلاَّ بِخَيْرٍ. فَاِنَّ اْلمَلاَئِكَةَ يُؤَمّنُوْنَ عَلَى مَا تَقُوْلُوْنَ. ثُمَّ قَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ ِلاَبِى سَلَمَةَ. وَ ارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى اْلمَهْدِيّيْنَ، وَ اخْلُفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى اْلغَابِرِيْنَ وَ اغْفِرْلَنَا وَ لَهُ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، وَ افْسَحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ، وَ نَوّرْ لَهُ فِيْهِ. مسلم 2: 634
Dari Ummu Salamah, ia berkata : Rasulullah SAW mendatangi jenazah Abu Salamah (yang baru saja meninggal), sedang kedua matanya masih terbuka, maka Rasulullah SAW mengatupkan kedua matanya dan bersabda, "Sesungguhnya roh itu apabila diambil diikuti oleh pandangan". Kemudian para keluarganya menjerit, maka sabdanya pula, "Janganlah kalian mendo'akan untuk diri kalian kecuali yang baik, karena sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan". Kemudian beliau bersabda lagi, "Ya Allah berilah ampunan bagi Abu Salamah dan tinggikanlah derajatnya diantara orang-orang yang mendapat petunjuk dan berilah dia ganti dalam keturunannya (dengan yang lebih baik), dan ampunilah kami dan dia Ya Allah Tuhan semesta alam, dan lapangkanlah kuburnya serta terangilah dia di dalamnya". [HR. Muslim juz 2, hal. 634]
عَنْ شَدَّادِ بْنِ اَوْسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا حَضَرْتُمْ مَوْتَاكُمْ فَأَغْمِضُوا اْلبَصَرَ. فَاِنَّ اْلبَصَرَ يَتْبَعُ الرُّوْحَ وَ قُوْلُوْا خَيْرًا فَاِنَّهُ يُؤَمَّنُ عَلَى مَا قَالَ اَهْلُ اْلمَيّتِ. احمد و ابن ماجه فى نيل الاوطار 4: 24
Dari Syaddad bin Aus, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian datang kepada orang yang (baru saja) meninggal diantara kalian, maka pejamkanlah matanya. Karena sesungguhnya pandangan mata itu mengikuti rohnya. Dan ucapkanlah ucapan yang baik, karena sesungguhnya apa yang diucapkan oleh keluarga si mayyit itu diamini (oleh para malaikat)". [HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 24]
Keterangan :
- Dari hadits diatas, menunjukkan bahwa dianjurkan menutupkan kedua mata si mayyit bila masih dalam keadaan terbuka dan supaya memohonkan ampunan dan kebaikan baginya serta keluarga yang ditinggalkannya.
- Adapun permohonan ampunan dan kebaikan itu, khusus kalau mayyit tersebut adalah orang Islam dan bagi keluarga yang beragama Islam. Sedang apabila mayyit itu bukan orang Islam, maka tidak boleh dimohonkan ampunan, tetapi hendaklah disantuni dan dirawat sebagaimana layaknya terhadap sesama manusia.
Firman Allah, dalam surat At-Taubah ayat 113 :
مَا كَانَ لِلنَّبِيّ وَ الَّذِيْنَ امَنُوْآ اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَ لَوْ كَانُوْا اُولِيْ قُرْبى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحبُ اْلجَحِيْمِ. التوبة:113
"Tidak patut bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun mereka itu keluarga yang dekat, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam". [QS. At-Taubah 113]
Dan ada riwayat sebagai berikut :
عَنْ عَلِيّ رض قَالَ: قُلْتُ لِلنَّبِيّ ص اِنَّ عَمَّكَ الشَّيْخَ الضَّالَّ قَدْ مَاتَ. قَالَ: اِذْهَبْ فَوَارِ اَبَاكَ ثُمَّ وَ لاَ تُحْدِثَنَّ شَيْئًا حَتَّى تَأْتِيَنِى. فَذَهَبْتُ فَوَارَيْتُهُ وَجِئْتُهُ فَأَمَرَنِى فَاغْتَسَلْتُ وَ دَعَالِيْ. ابو داود 3: 214
Dari Ali (bin Abu Thalib), ia berkata : Saya pernah berkata kepada Nabi SAW, “Sesungguhnya pamanmu yang sudah tua dan sesat itu (Abu Thalib) telah mati". Maka Rasulullah SAW bersabda, “Pergilah kamu menguburkan bapakmu dan jangan berbuat apa-apa sampai engkau datang lagi kepadaku". (Maka Ali berkata),“Akupun lalu pergi menguburkannya, kemudian aku datang kepada beliau, lalu beliau menyuruhku mandi, maka akupun mandi, kemudian beliau mendo'akanku". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 214]
B. Menutup mayit dengan kain atau lain-lainnya
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص حِيْنَ تُـوُفّيَ سُجّيَ بِبُرْدِ حِبَرَةٍِ. احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 4: 28
Dari Aisyah, "Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika wafat beliau ditutup dengan selimut buatan Yaman". [HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 28]
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ