Featured Post

Keluarga Bahagia dan Ikhlas Bahagia

بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم Betapa banyak orang yang kesepian di tengah hiruk pikuk keramaian bukan karena tak punya keluarga, sahabat atau handai taulan. Namun kurang baiknya hubungan dengan mereka, ada jarak, sekat hati yang memisahkan karena atas nama harga diri, ego, rasa malu ataupun individualisme yang dominan di kota-kota besar. Ada orang - orang shaleh yang namanya diabadikan dalam kitab suci. Allah memuliakan keluarga Imron dan keluarga Ibrahim, demikian pula 'ayah' Luqman bersama anak-anaknya dalam nasehat kebaikan yang terbaik.

Shalat Sunnah Rawatib

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Shalat Sunnah Menurut Tuntunan Rasulullah SAW

1. Shalat sunnah rawatib yang muakkad

Shalat sunnah rowatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum (qobliyah) atau sesudah (ba'diyah) shalat lima waktu.

Shalat sunah rowatib
Sedang yang dimaksud Muakkad ialah Pekerjaan tersebut tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW.

Shalat-shalat tersebut adalah :
  1. Dua atau empat rakaat sebelum shalat Dhuhur
  2. Dua rakaat sesudah shalat Dhubur
  3. Dua rakaat sesudah shalat Maghrib
  4. Dua rakaat sesudah shalat 'Isya
  5. Dua rakaat sebelum shalat Shubuh.
Dalil-dalil Pelaksanaannya :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: حَفِظْتُ مِنَ النَّبِيّ ص عَشْرَ رَكَعَاتٍ، رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلمَغْرِبِ فِى بَيْتِهِ وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ وَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الصُّبْحِ. البخارى و مسلم
Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Saya hafal (ingat dengan betul) dari Nabi SAW sepuluh rakaat shalat sunnah; dua rakaat sebelum shalat Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah Maghrib di rumah beliau dan dua rakaat sesudah 'Isya di rumah pula dan juga dua rakaat sebelum Shubuh’”. [HSR. Bukhari dan Muslim]

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ لاَ يَدَعُ اَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اْلغَدَاةِ. البخارى
Dari 'Aisyah RA bahwa Nabi SAW tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum shalat Dhuhur dan dua rakaat sebelum Shubuh. [HSR. Bukhari]

وَ عَنْهَا قَالَتْ: لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ ص عَلَى شَيْئٍ مِنَ النَّوَافِلِ اَشَدَّ تَعَاهُدًا مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيِ اْلفَجْرِ. البخارى و مسلم
Dan daripadanya pula, “Tidak ada Nabi SAW memperhatikan shalat-shalat Sunnah lebih dari pada dua rakaat Fajar”. [HSR. Bukhari dan Muslim]

و لمسلم: كَانَ اِذَا طَلَعَ اْلفَجْرُ لاَ يُصَلّى اِلاَّ رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ.
Dan bagi Muslim, “Adalah beliau apabila terbit Fajar tidak shalat melainkan dua rakaat yang ringan”.

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَرَأَ فِى رَكْعَتَيِ اْلفَجْرِ: قُلْ يَآاَيُّهَا اْلكفِرُوْنَ، وَ قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ. مسلم 
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Nabi SAW membaca, “Qulyaa ayyuhal kaafiruun dan Qul huwalloohu Ahad pada dua rakaat Fajar”. [HSR. Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمُ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ فَلْيَضْطَجِعْ عَلَى جَنْبِهِ اْلاَيْمَنِ. احمد و ابو داود و الترمذى و صححه
Dari Abu Hurairah RA berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW, “Apabila seseorang dari padamu selesai shalat dua rakaat Qabliyah Shubuh, maka hendaklah ia berbaring atas lambung kanannya”. [HR. Ahmad, Abu Dawud dan dishahkannya oleh Tirmidzi]

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib dan Shalat Sunnah Fajar

عَنْ اُمّ اْلمُؤْمِنِيْنَ اُمّ حَبِيْبَةَ رَمْلَةَ بِنْتِ اَبِى سُفْيَانَ رض قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلّى ِللهِ تَعَالَى كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيْضَةٍ اِلاَّ بَنَي اللهُ لَهُ بَيْتًا فِى اْلجَنَّةِ اَوْ اِلاَّ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِى اْلجَنَّةِ. مسلم
Dari Ummul Mukminin Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sofyan RA ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tiada orang Muslim yang setiap hari shalat Sunnah dua belas rakaat karena Allah Ta'ala, melainkan Allah akan membuatkan baginya rumah di syurga atau dibuatkan rumah baginya di surga”. [HR. Muslim]

عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: رَكْعَتَا اْلفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا. مسلم
Dari Aisyah RA dari Nabi SAW beliau bersabda, “Dua rakaat Fajar itu lebih baik dari pada dunia seisinya”. [HR. Muslim]

Dan masih banyak lagi hadits-hadits dan riwayat-riwayat lain yang senada.

2. Shalat sunnah rawatib yang tidak muakkad

a. Dua rakaat sebelum Shalat Maghrib :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ اْلمُزَنِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ. صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ، ثُمَّ قَالَ فِى الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ كَرَاهِيَةً اَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً. البخارى
Dari Abdullah bin Mughoffal Al Muzani berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW, “Shalatlah Qabliyah Maghrib, shalatlah Qabliyah Maghrib”. Dan beliau bersabda yang ketiga kalinya, “Bagi siapa yang mau”. Karena Rasulullah tidak suka orang menjadikannya suatu ketetapan. [HSR. Bukhari]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا نُصَلّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوْبِ الشَّمْسِ وَ كَانَ النَّبِيُّ ص يَرَانَا فَلَمْ يَأْمُرْنَا وَ لَمْ يَنْهَنَا. مسلم
Dari Ibnu Abbas RA berkata : "Kami biasa shalat dua rakaat sesudah matahari terbenam, sedang Nabi SAW melihat kami, tetapi beliau tidak memerintahkan kami dan tidak melarang kami". [HR. Muslim]

b. Dua Rakaat Sesudah (Ba'diyah) Dhuhur :

عَنْ اُمّ حَبِيْبَةَ رض قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ حَافَظَ عَلَى اَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ اَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ. ابو داود و الترمذى
Dari Ummu Habibah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tetap mengerjakan empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sesudah Dhuhur, niscaya Allah mengharamkan dia masuk neraka”. [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]

Keterangan :
Shalat sunnah sesudah Dhuhur (Ba'diyah Dhuhur) itu empat rakaat, dua rakaat Muakkad dan dua rakaat yang lain tidak Muakkad.

c. Shalat sunnah sebelum ‘Ashar

عَنْ عَلِيّ عَلَيْهِ السَّلاَمُ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يُصَلّى قَبْلَ اْلعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ. ابو داود
Dari Ali AS, bahwasanya dahulu Nabi SAW shalat dua rakaat sebelum shalat ‘Ashar. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 23, no. 1272]

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى اَرْبَعًا قَبْلَ اْلعَصْرِ. احمد و ابو داود و الترمذى و حسنه و ابن خزيمة و صححه، فى بلوغ المرام 382
Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Semoga Allah merahmati orang yang mengerjakan shalat sunnah empat rakaat sebelum ‘Ashar”. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan ia menghasankannya, dan Ibnu Khuzaimah, dan ia menshahihkannya, dalam Bulughul Maram no. 382]

Keterangan :
Hadits tentang shalat sunnah qabliyah Ashar empat rakaat ini ada ulama yang menganggap hasan atau mengesahkannya. Namun ada pula yang melemahkannya. Bahkan Ibnu Taimiyah menolaknya dengan keras dan menganggap hadits itu maudlu’, walloohu a’lam. [Zaadul Ma’aad juz 1, hal. 311]

d. Shalat sunnah sesudah ‘Ashar :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: وَ الَّذِيْ ذَهَبَ بِهِ مَا تَرَكَهُمَا حَتَّى لَقِيَ اللهَ وَ مَا لَقِيَ اللهَ تَعَالَى حَتَّى ثَقُلَ عَنِ الصَّلاَةِ. وَ كَانَ يُصَلّى كَثِيْرًا مِنْ صَلاَتِهِ قَاعِدًا تَعْنِي الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعَصْرِ. وَ كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلّيْهِمَا وَ لاَ يُصَلّيْهِمَا فِى اْلمَسْجِدِ مَخَافَةَ اَنْ يُثَقّلَ عَلَى اُمَّتِهِ. وَ كَانَ يُحِبُّ مَا يُخَفّفُ عَنْهُمْ. البخارى 1: 146
Dari Aisyah RA, ia berkata, “Demi Allah, beliau tidak pernah meninggalkan shalat 2 rakaat sehingga beliau bertemu dengan Allah dan beliau tidak bertemu dengan Allah Ta’ala sehingga beliau terasa berat melakukan shalat. Dan beliau sering melakukan shalatnya dengan duduk, yakni shalat 2 rakaat sesudah Ashar, dan Nabi SAW biasa mengerjakan shalat 2 rakaat sesudah Ashar itu tidak di dalam masjid, karena takut akan memberatkan ummatnya dan beliau senang terhadap sesuatu yang membuat ringan bagi ummatnya”. [HR. Bukhari 1 : 146]

عَنْ اُمّ سَلَمَةَ، صَلَّى النَّبِيُّ ص بَعْدَ اْلعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ وَ قَالَ: شَغَلَنِى نَاسٌ مِنْ عَبْدِ اْلقَيْسِ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ. البخارى
Dari Ummu Salamah RA, ia berkata : Nabi SAW pernah shalat dua rakaat sesudah Ashar, lalu beliau bersabda, “Orang-orang dari suku Abdul Qais telah menyibukkan aku dari shalat dua rakaat sesudah Dhuhur”. [HR. Bukhari 1 : 146]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ اْلعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَ عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ. مسلم 1: 566، البخارى 1: 146
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW melarang shalat ba’da Ashar sehingga terbenam matahari, dan melarang shalat ba’da Shubuh sehingga terbit matahari. [HR. Muslim 1 : 566, Bukhari 1 : 146]

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: مَا تَرَكَ رَسُوْلُ اللهِ ص رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعَصْرِ عِنْدِى قَطُّ. مسلم 1: 572، البخارى 1: 146
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Disisiku Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan (shalat) dua raka’at sesudah ‘Ashar”. [HR. Muslim 1 : 572, Bukhari 1 : 146]

Keterangan :
  1. Ibnu Abbas, Abdur Rahman bin Azhar dan Miswar bin Makhromah pernah menyuruh Kuraib (bekas budak Ibnu Abbas) untuk datang kepada Aisyah menanyakan tentang dua rakaat sesudah shalat Ashar, karena mereka itu pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW melarang melakukannya. Setelah Kuraib datang kepada Aisyah, kemudian Aisyah mengarahkan supaya ia menanyakan kepada Ummu Salamah.
  2. Ummu Salamah menjawab, “Aku pernah mendengar Nabi SAW melarangnya, kemudian aku melihat beliau mengerjakannya. Kemudian aku menyuruh seorang jariyah untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi SAW”. Kemudian jawab Nabi SAW, “Tadi beberapa orang kaum Abdul Qais datang kepadaku membicarakan tentang kaumnya yang masuk Islam, sehingga mereka menyibukkanku dari mengerjakan dua rakaat sesudah Dhuhur. Dan (dua rakaat) yang saya lakukan sesudah Ashar ini adalah (gantinya) dua raka’at sesudah Dhuhur itu. [Ringkasan hadits riwayat Muslim 1 : 571] 
  3. Aisyah berkata, “Disisiku Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan dua rakaat sesudah Ashar”. [HR. Muslim juz 1, hal. 572, Bukhari juz 1, hal. 146]

Kesimpulan :
  1. Nabi SAW pernah melarang shalat sesudah shalat Ashar. 
  2. Nabi SAW mengerjakan dua rakaat sesudah Ashar pada mulanya sebagai ganti dua rakaat sesudah Dhuhur yang tidak sempat beliau kerjakan, kemudian shalat dua rakaat sesudah Ashar tersebut menjadi kebiasaan beliau yang tidak pernah beliau tinggalkan.

Wallahu a'lam bishawab

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ

Tren Blog

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Perintah Orang Tua Yang Tidak Boleh Ditaati

Hadits Tentang Walimah

Hadits Tentang Khitan

Shalat Sunnah Intidhar

Blog Populer

Hadits Tentang Larangan Berbuat Zina

Hadits Tentang Shalat (Kewajiban Shalat)

Hadits Tentang Khitan