بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Shalat Sunnah Menurut Tuntunan Rasulullah SAW
Shalat Kusuf, shalat Khusuf
Kusuf/Khusuf ialah istilah yang diberikan untuk shalat sunnah di waktu terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan.
Bilangan rekaat / Cara Pelaksanaannya :
- Shalat kusuf/khusuf ini utamanya dilaksanakan di masjid secara berjama'ah dan dengan khutbah sesudah shalat.
- Shalat gerhana itu tanpa adzan dan iqamah; tetapi hanya panggilan, misalnya "Ash-Sholaatu Jaami'ah" (Mari kita berkumpul untuk shalat)
- Shalat sunnah ini dikerjakan sebanyak 2 rekaat dengan bacaan jahr.
Pada Tiap-tiap rekaat mengandung 2 ruku' dan 2 sujud dengan cara sebagai berikut :
- Takbiratul Ihram,
- Membaca doa iftitah,
- Membaca ta'awudz,
- Membaca Basmalah,
- Membaca Al-Fatihah,
- Membaca Amin,
- Membaca Surat/Ayat Al-Qur'an,
- Ruku' dan membaca tasbih ruku',
- I'tidal (berdiri tegak kembali),
- Membaca Surat/Ayat Al-Qur'an (tangan bersedekap seperti semula),
- Ruku' dan membaca tasbih ruku',
- I'tidal (berdiri tegak kembali),
- Sujud dan membaca tasbih sujud,
- Duduk antara dua sujud,
- Sujud kedua. Kemudian berdiri untuk rekaat yang kedua. Pada rekaat kedua dikerjakan seperti rekaat yang pertama tadi, (mulai dari urutan nomor 4, dan seterusnya),
- Duduk Attahiyat dengan membaca tasyahud dan shalawat,
- Salam.
Kemudian tenang untuk mendengarkan khutbah.
Keterangan :
Untuk nomor 10 ini ada 2 pendapat :
- Pertama, hanya membaca surat/ ayat Al-Qur’an saja.
- Kedua, membaca Al-Fatihah dan surat/ ayat Al-Qur’an.
Dalil Pelaksanaannya :
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ
النَّبِيّ ص قَالَتْ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى حَيَاةِ رَسُوْلِ اللهِ ص،
فَخَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِلىَ اْلمَسْجِدِ فَقَامَ وَ كَبَّرَ وَصَفَّ
النَّاسُ وَرَاءَهُ. فَاقْتَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ ص قِرَاءَةً طَوِيْلَةً
ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً. ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ
فَقَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَ لَكَ اْلحَمْدُ. ثُمَّ
قَامَ فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً. هِيَ اَدْنَى مِنَ اْلقِرَاءَةِ
اْلاُوْلىَ. ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً هُوَ اَدْنَى مِنَ
الرُّكُوْعِ اْلاَوَّلِ. ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ. ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ فَعَلَ فِى الرَّكْعَةِ
اْلاُخْرَى مِثْلَ ذلِكَ حَتَّى اسْتَكْمَلَ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَ
اَرْبَعَ سَجَدَاتٍ. وَ انْجَلَتِ الشَّمْسُ قَبْلَ اَنْ يَنْصَرِفَ. ثُمَّ
قَامَ فَخَطَبَ النَّاسَ. فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ اَهْلُهُ،
ثُمَّ قَالَ: اِنَّ الشَّمْسَ وَ اْلقَمَرَ ايَتَانِ مِنْ ايَاتِ اللهِ.
لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَاِذَا
رَأَيْتُمُوْهَا فَافْزَعُوْا لِلصَّلاَةِ. متفق عليه، و اللفظ لمسلم 2:
619
Dari 'Aisyah istri Nabi SAW, ia berkata : "Sesungguhnya telah terjadi gerhana matahari
dimasa Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW pergi ke masjid. Kemudian
beliau berdiri dan bertakbir dan orang-orang bershaf di belakang beliau.
Dalam shalat tersebut Rasulullah SAW membaca bacaan yang panjang.
Kemudian beliau bertakbir dan ruku' dengan ruku' yang panjang pula.
Kemudian beliau mengangkat kepalanya sambil membaca "Sami'alloohu liman hamidah, robbanaa wa lakal hamdu".
Lalu beliau membaca lagi bacaan yang panjang, tetapi lebih pendek dari
pada bacaan yang pertama. Sesudah itu beliau bertakbir lalu ruku' dengan
ruku' yang panjang, tetapi lebih pendek dari pada ruku' yang pertama
tadi. Kemudian beliau membaca (sambil berdiri) "Sami'alloohu liman hamidah, robbanaa wa lakal hamdu".
Sesudah itu beliau sujud. Kemudian beliau melaksanakan pada raka'at
yang kedua sedemikian itu pula, sehingga genap empat kali ruku' dan
empat kali sujud, sedang matahari pun muncul kembali sebelum beliau
selesai (shalat). Setelah itu Rasulullah SAW berkhutbah, memuji Allah
SWT dengan pujian-pujian-Nya, kemudian beliau bersabda : "Sesungguhnya
matahari dan bulan itu adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran
Allah. Dua-duanya tidaklah gerhana karena mati atau lahirnya seseorang.
Apabila kamu sekalian melihat yang demikian itu maka segeralah untuk
melaksanakan shalat". [HR. Muttafaq 'Alaih, dan lafadh ini bagi Muslim 2
: 619]
عَنْ اَبِى مُوْسَى قَالَ: خَشَفَتِ الشَّمْسُ فَقَامَ النَّبِيُّ ص فَزِعًا يَخْشَى اَنْ تَكُوْنَ السَّاعَةُ. فَاَتَى اْلمَسْجِدَ فَصَلَّى بِاَطْوَلِ قِيَامٍ وَ رُكُوْعٍ وَ سُجُوْدٍ مَا رَأَيْتُهُ قَطُّ يَفْعَلُهُ وَ قَالَ: هذِهِ اْلآيَاتُ الَّتِى يُرْسِلُ اللهُ لاَ تَكُوْنُ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَ لاَ لِحَيَاتِهِ وَ لكِنْ يُخَوّفُ اللهُ بِهَا عِبَادَهُ. فَاِذَا رَاَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذلِكَ فَافْزَعُوْا اِلَى ذِكْرِهِ وَ دُعَاءِهِ وَ اسْتِغْفَارِهِ. البخارى فى فتح البارى 2: 634
Dari Abu Musa, ia berkata : Telah terjadi gerhana matahari, maka Nabi SAW bangkit ketakutan, khawatir kalau terjadi qiyamat. Kemudian beliau datang ke masjid, lalu shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang sangat lama yang sama sekali aku belum pernah melihat beliau mengerjakan seperti itu. Kemudian beliau bersabda, “Ayat-ayat (gerhana) yang Allah kirimkan ini bukanlah terjadi karena matinya seseorang dan tidak pula karena hidupnya (lahirnya) seseorang. Akan tetapi Allah memberi peringatan kepada hamba-hamba-Nya (agar takut kepada siksa-Nya). Apabila kalian melihat sesuatu yang demikian itu maka segeralah ingat kepada-Nya, berdoa kepada-Nya dan mohon ampun kepada-Nya”. [HR. Bukhari dalam Fathul Baari juz 2, hal. 634]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى يَوْمٍ شَدِيْدِ اْلحَرّ، فَصَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص بِاَصْحَابِهِ. فَاَطَالَ اْلقِيَامَ حَتَّى جَعَلُوْا يَخِرُّوْنَ. ثُمَّ رَكَعَ فَاَطَالَ ثُمَّ رَفَعَ فَاَطَالَ ثُمَّ رَكَعَ فَاَطَالَ ثُمَّ رَفَعَ فَاَطَالَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ. ثُمَّ قَامَ فَصَنَعَ نَحْوًا مِنْ ذَاكَ. فَكَانَتْ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَ اَرْبَعَ سَجَدَاتٍ، ثُمَّ قَالَ: اِنَّهُ عُرِضَ عَلَيَّ كُلُّ شَيْءٍ تُوْلَجُوْنَهُ فَعُرِضَتْ عَلَيَّ اْلجَنَّةُ حَتَّى لَوْ تَنَاوَلْتُ مِنْهَا قِطْفًا اَخَذْتُهُ (اَوْ قَالَ: تَنَاوَلْتُ مِنْهَا قِطْفًا) فَقَصُرَتْ يَدِى عَنْهُ. وَ عُرِضَتْ عَلَيَّ النَّارُ فَرَأَيْتُ فِيْهَا امْرَأَةً مِنْ بَنِى اِسْرَائِيْلَ تُعَذَّبُ فِى هِرَّةٍ لَهَا رَبَطَتْهَا فَلَمْ تُطْعِمْهَا وَ لَمْ تَدَعْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ اْلاَرْضِ. وَ رَأَيْتُ اَبَا ثُمَامَةَ عَمْرَو بْنَ مَالِكٍ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِى النَّارِ. وَ اِنَّهُمْ كَانُوْا يَقُوْلُوْنَ: اِنَّ الشَّمْسَ وَ اْلقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ اِلاَّ لِمَوْتِ عَظِيْمٍ. وَ اِنَّهُمَا ايَتَانِ مِنْ ايَاتِ اللهِ يُرِيْكُمُوْهُمَا. فَاِذَا خَسَفَا فَصَلُّوْا حَتَّى تَنْجَلِيَ. مسلم 2: 622
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : Pernah gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW di suatu hari yang sangat panas. Lalu Rasulullah SAW mengerjakan shalat bersama para shahabat. Beliau berdiri lama sekali, sehingga banyak yang jatuh. Kemudian beliau ruku’ lama, lalu bangun dan berdiri lama, lalu ruku’ lama, kemudian bangun dan berdiri lama, kemudian sujud dua kali. Kemudian beliau berdiri dan melakukan seperti itu sehingga shalatnya mengandung empat ruku’ dan empat kali sujud. Setelah itu beliau bersabda, “Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku segala sesuatu yang akan kalian masuki. Diperlihatkan surga kepadaku, sehingga aku mengulurkan tangan akan mengambil petikan (buah) surga itu, tetapi tanganku tidak dapat mencapainya. Diperlihatkan pula kepadaku neraka. Aku melihat di dalamnya ada seorang perempuan Bani Israil yang disiksa sebab kucingnya, dia mengikat kucing itu tanpa memberinya makan dan tidak pula membiarkannya untuk makan serangga tanah. Aku juga melihat Abu Tsumamah ‘Amr bin Malik menarik ususnya di neraka”. Orang-orang berkata, “Sesungguhnya matahari dan bulan tidaklah gerhana melainkan karena meninggalnya orang yang agung”. Padahal, sebenarnya keduanya adalah dua tanda diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yang Dia tunjukkan kepada kalian. Karena itu, apabila keduanya gerhana, maka lakukanlah shalat hingga muncul kembali”. [HR. Muslim 2 : 622]
Keterangan :
Abu Tsumaamah ‘Amr bin Maalik, dalam riwayat lain disebut Ibnu Luhaiy (Luhaiy = nama laqobnya Maalik), dan dalam riwayat lain disebut ‘Amr bin ‘Aamir Al-Khuza’iy, adalah orang yang mula-mula mengada-adakan tentang Saaibah, Bahiirah dan Haam (sebagaimana tersebut dalam QS. Al-Maaidah : 103).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رض قَالَ: لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص نُوْدِيَ اَنِ الصَّلاَةُ جَامِعَةٌ. البخارى 2: 25
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr RA, ia berkata : Ketika terjadi gerhana matahari pada jaman Rasulullah SAW, diseru dengan panggilan,”Ash-sholaatu jaami’ah”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 25]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص جَهَرَ فِى صَلاَةِ اْلخُسُوْفِ بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى رَكْعَتَيْنِ وَ اَرْبَعَ سَجَدَاتٍ. مسلم 2: 620
Dari ‘Aisyah bahwasanya Nabi SAW membaca jahr dalam shalat gerhana dan beliau shalat dengan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka'at. [HR. Muslim 2 : 620]
Anjuran memerdekakan budak, bersadaqah, istighfar, dzikir dan shalat ketika terjadi gerhana
عَنْ اَسْمَاءَ قَالَتْ: لَقَدْ اَمَرَ النَّبِيُّ ص بِاْلعَتَاقَةِ فِى كُسُوْفِ الشَّمْسِ. البخارى 2: 29
Dari Asma’ (binti Abu Bakar), ia berkata, “Sesungguhnya Nabi SAW memerintahkan untuk memerdekakan budak ketika terjadi gerhana matahari”. [HR. Bukhari juz 2, hal : 29]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى عَهْدِ رَسُوْل اللهِ ص: فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّى … ثُمَّ قَالَ: اِنَّ الشَّمْسَ وَ اْلقَمَرَ مِنْ ايَاتِ اللهِ، وَ اِنَّهُمَا لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَ لاَ لِحَيَاتِهِ. فَاِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَكَبّرُوْا وَ ادْعُوا اللهَ وَ صَلُّوْا و تَصَدَّقُوْا. مسلم 2: 618
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW. Kemudian beliau berdiri untuk shalat (gerhana) ….., kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan itu diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Maka apabila kalian melihat yang demikian itu, bertakbirlah, berdo’alah kepada Allah, shalatlah dan bersedekahlah”. [HR. Muslim juz 2, hal. : 618]
عَنْ اَبِى مُوْسَى قَالَ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِيّ ص. فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى اَنْ تَكُوْنَ السَّاعَةُ حَتَّى اَتَى اْلمَسْجِدَ. فَقَامَ يُصَلّى بِاَطْوَلِ قِيَامٍ وَ رُكُوْعٍ وَ سُجُوْدٍ. مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّ هذِهِ اْلايتِ الَّتِى يُرْسلُ اللهُ لاَ تَكُوْنُ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَ لاَ لِحَيَاتِهِ وَلكِنَّ اللهَ يُرْسِلُهَا يُخَوّفُ بِهَا عِبَادَهُ. فَاِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوْا اِلىَ ذِكْرِهِ وَ دُعَائِهِ وَ اسْتِغْفَارِهِ. مسلم 2: 628
Dari Abu Musa, ia berkata : Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Nabi SAW, lalu Nabi SAW bangkit, terkejut dan takut kalau terjadi hari qiyamat. Lalu beliau pergi ke masjid, lalu shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang sangat lama, yang saya belum pernah melihatnya sama sekali beliau mengerjakan yang seperti itu. Kemudian beliau bersabda, Sesungguhnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang Allah kirimkan ini tidak terjadi karena matinya seseorang dan tidak pula karena lahirnya seseorang, akan tetapi Allah mengirimkannya agar hamba-hamba-Nya takut kepada-Nya. Apabila kalian melihat kejadian yang demikian itu, maka berlindunglah kepada Allah dengan berdzikir, berdoa dan mohon ampun kepada-Nya”. [HR. Muslim juz 2, hal. : 628]
عَنِ اْلمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: اِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ يَوْمَ مَاتَ اِبْرَاهِيْمُ، فَقَالَ النَّاسُ: اِنْكَسَفَتْ لِمَوْتِ اِبْرَاهِيْمَ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ الشَّمْسَ وَ اْلقَمَرَ ايَتَانِ مِنْ ايَاتِ اللهِ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَ لاَ لِحَيَاتِهِ، فَاِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَادْعُوا اللهَ وَ صَلُّوْا حَتَّى يَنْجَلِيَ. البخارى 2: 30
Dari Mughirah bin Syu’bah, ia berkata : Pernah terjadi gerhana matahari (di masa Rasulullah SAW), pada hari meninggalnya Ibrahim (putra Rasulullah SAW), lalu orang-orang mengatakan, “Matahari ini gerhana karena meninggalnya Ibrahim”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan itu adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, tidak terjadi gerhana karena mati atau lahirnya seseorang. Maka apabila kalian melihat keduanya, berdoalah kepada Allah dan shalatlah, hingga pulih kembali”. [HR. Bukhari juz 2 : 30]
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ