Firman Allah Swt Dan Hadits Seputar Haji
Berikut ini beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits mengenai tentang sekitar ibadah haji diantara sebagai berikut :
وَ اَتِمُّوا اْلحَجَّ وَ اْلعُمْرَةَ ِللهِ، فَاِنْ اُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ اْلهَدْيِ، وَ لاَ تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّى يَبْلُغَ اْلهَدْيُ مَحِلَّه، فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا اَوْ بِه اَذًى ِمّنْ رَّأْسِه فَفِدْيَةٌ ِمّنْ صِيَامٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ، فَاِذَآ اَمِنْتُمْ، فَمَنْ تَمَتَّعَ بِاْلعُمْرَةِ اِلَى اْلحَجّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ اْلهَدْيِ، فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلثَةِ اَيَّامٍ فِي اْلحَجّ وَ سَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ، تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ، ذلِكَ لِمَنْ لَّمْ يَكُنْ اَهْلُه حَاضِرِى اْلمَسْجِدِ اْلحَرَامِ، وَ اتَّقُوا اللهَ وَ اعْلَمُوْآ اَنَّ اللهَ شَدِيْدُ اْلعِقَابِ. البقرة: 196
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada diantaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), wajiblah ia menyembelih korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidilharam (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya. [QS. Al-Baqarah : 196]
Keterangan :
Jika orang yang ihram tertimpa penyakit atau gangguan di kepalanya, bolehlah ia bercukur, tetapi wajib membayar fidyah berupa berpuasa (tiga hari) atau bersedeqah (memberi makan enam orang miskin, masing-masingnya setengah sha’),. atau menyembelih seekor kambing.
اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمَاتٌ، فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ اْلحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَ لاَ فُسُوْقَ وَ لاَ جِدَالَ فِي اْلحَجّ، وَ مَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ، وَ تَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى وَ اتَّقُوْنِ ياُولِي اْلالْبَابِ(197) لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَبْتَغُوْا فَضْلاً ِمّنْ رَّبّكُمْ، فَاِذَآ اَفَضْتُمْ ِمّنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللهَ عِنْدَ اْلمَشْعَرِ اْلحَرَامِ وَ اذْكُرُوْهُ كَمَا هَديكُمْ، وَ اِنْ كُنْتُمْ ِمّنْ قَبْلِه لَمِنَ الضَّالّيْنَ(198) ثُمَّ اَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ اَفَاضَ النَّاسُ وَ اسْتَغْفِرُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ(199) البقرة: 197-199
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (197)
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. (198)
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (199) [Al-Baqarah : 197-199]
Keterangan :
- Beberapa bulan yang dimaklumi Ialah Syawal, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah.
- Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh atau bersetubuh.
- Maksud bekal taqwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji.
فَاِذَا قَضَيْتُمْ مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ كَذِكْرِكُمْ ابَآءَكُمْ اَوْ اَشَدَّ ذِكْرًا، فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اتِنَا فِى الدُّنْيَا وَ مَا لَه فِى اْلاخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ(200) وَ مِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلاخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ(201) اُولئِكَ لَهُمْ نَصِيْبٌ ِمّمَّا كَسَبُوْا، وَ اللهُ سَرِيْعُ اْلحِسَابِ(202) وَ اذْكُرُوا اللهَ فِيْ اَيَّامٍ مَّعْدُوْدَاتٍ، فَمَنْ تَعَجَّلَ فِيْ يَوْمَيْنِ فَلاَ اِثْمَ عَلَيْهِ، وَ مَنْ تَاَخَّرَ فَلاَ اِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقى، وَ اتَّقُوا اللهَ وَ اعْلَمُوْآ اَنَّكُمْ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ(203) البقرة: 200-203
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka diantara manusia ada orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. (200)
Dan diantara mereka ada orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (201)
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (202)
Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya bagi orang yang bertaqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya. (203) [QS. Al-Baqarah : 200-203]
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لَيَبْلُوَنَّكُمُ اللهُ بِشَيْءٍ ِمّنَ الصَّيْدِ تَنَالُه اَيْدِيْكُمْ وَ رِمَاحُكُمْ لِيَعْلَمَ اللهُ مَنْ يَخَافُه بِاْلغَيْبِ، فَمَنِ اعْتَدى بَعْدَ ذلِكَ فَلَه عَذَابٌ اَلِيْمٌ(94) ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَ اَنْتُمْ حُرُمٌ، وَ مَنْ قَتَلَه مِنْكُمْ مُّتَعَمّدًا فَجَزَآءٌ مِثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِه ذَوَا عَدْلٍ ِمّنْكُمْ هَدْيًا بلِغَ اْلكَعْبَةِ اَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِيْنَ اَوْ عَدْلُ ذلِكَ صِيَامًا ِلّيَذُوْقَ وَ بَالَ اَمْرِه، عَفَا اللهُ عَمَّا سَلَفَ، وَ مَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللهُ مِنْهُ، وَ اللهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍ(95) اُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ اْلبَحْرِ وَ طَعَامُه مَتَاعًا لَّكُمْ وَ لِلسَّيَّارَةِ، وَ حُرّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ اْلْبَرّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا، وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ(96) جَعَلَ اللهُ اْلكَعْبَةَ اْلبَيْتَ اْلحَرَامَ قِيَامًا ِلّلنَّاسِ وَ الشَّهْرَ اْلحَرَامَ وَ اْلهَدْيَ وَ اْلقَلآئِدَ، ذلِكَ لِتَعْلَمُوْآ اَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّموتِ وَ مَا فِى اْلاأرْضِ وَ اَنَّ اللهَ بِكُلّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ(97) المائدة: 94-97
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu supaya Allah mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biar pun ia tidak dapat melihat-Nya. Barang siapa yang melanggar batas sesudah itu, maka baginya adzab yang pedih. (94)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan ketika kamu sedang ihram. Barang siapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil diantara kamu, sebagai had-ya yang di bawa sampai ke Ka’bah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barang siapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa. (95)
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat selama kamu dalam ihram. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan. (96)
Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (97) [QS. Al-Maaidah : 94-97]
Keterangan :
Orang yang berihram dilarang membunuh binatang buruan. Apabila ia membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah menyembelih binatang ternak yang seimbang dengan buruan yang dibunuhnya sebagai hadyu yang dibawa sampai ke daerah haram untuk disembelih di sana dan dagingnya dibagikan kepada faqir miskin, atau membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin, seimbang dengan harga binatang ternak penggganti binatang yang dibunuhnya itu. Atau berpuasa, yaitu puasa yang jumlah harinya sebanyak mud yang diberikan kepada faqir miskin, dengan catatan: seorang faqir miskin mendapat satu mud (4 mud = 1 sha’, 1 sha’ = 3 liter).
وَ اِذْ بَوَّأْنَا ِلاِبْرهِيْمَ مَكَانَ اْلبَيْتِ اَنْ لاَّ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا وَ طَهّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِيْنَ وَ اْلقَائِمِيْنَ وَ الرُّكَّعِ السُّجُوْدِ(26) وَ اَذّنْ فِى النَّاسِ بِاْلحَجّ يَأْتُوْكَ رِجَالاً وَّ عَلى كُلّ ضَامِرٍ يَأْتِيْنَ مِنْ كُلّ فَجّ عَمِيْقٍ(27) لِيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَ يَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فِيْ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمَاتٍ عَلى مَا رَزَقَهُمْ ِمّنْ بَهِيْمَةِ اْلاَنْعَامِ، فَكُلُوْا مِنْهَا وَ اَطْعِمُوا اْلبَآئِسَ اْلفَقِيْرَ(28) ثُمَّ لْيَقْضُوْا تَفَثَهُمْ وَ لْيُوْفُوْا نُذُوْرَهُمْ وَ لْيَطَّوَّفُوْا بِاْلبَيْتِ اْلعَتِيْقِ(29) الحج: 26-29
Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku’ dan sujud. (26)
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (27)
supaya mereka menyaksikan berbagai manfa’at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi faqir. (28)
Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (29) [QS. Al-Hajj : 26-29]
Keterangan :
- Unta yang kurus menggambarkan jauh dan sukarnya yang ditempuh oleh jemaah haji.
- Hari-hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبرَكًا وَّ هُدًى ِلّلْعلَمِيْنَ(96) فِيْهِ ايتٌ بَّيّنتٌ مَّقَامُ اِبْرهِيْمَ، وَ مَنْ دَخَلَه كَانَ امِنًا، وَ ِللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ اْلبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلاً، وَ مَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ اْلعلَمِيْنَ(97) ال عمران: 96-97
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (96)
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (97) [QS. Ali ‘Imraan : 96-97]
Hadits-hadits yang berhubungan dengan ibadah haji adalah sebagai berikut :
Tentang Pakaian Ihram
1. Bagi Pria
Pakaian ihram bagi pria ialah dua helai kain (izaar dan ridaa’). Izaar disarungkan, sedangkan ridaa’ diselempangkan dengan posisi pundak kanan terbuka dan pundak kiri tertutup.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ الله ص وَ اَصْحَابَهُ اعْتَمَرُوْا مِنَ اْلجِعِرَّانَةِ فَرَمَلُوْا بِاْلبَيْتِ وَ جَعَلُوْا اَرْدِيَتَهُمْ تَحْتَ ابَاطِهِمْ قَذَفُوْهَا عَلَى عَوَاتِقِهِمُ اْليُسْرَى. ابو داود 2: 177، رقم: 1884
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah SAW dan para shahabatnya ‘umrah dari Ji’irraanah (Ji’ranah), mereka berlari-lari kecil di Baitullah dan menjadikan ridaa’ mereka itu dibawah ketiak mereka (yang kanan) lalu diselempangkan diatas pundak-pundak mereka di sebelah kiri. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 177, no. 1884]
عَنْ عَبْد الله قَالَ: قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا تَأْمُرُنَا اَنْ نَلْبَسَ اِذَا اَحْرَمْنَا؟ قَالَ: لاَ تَلْبَسُوا اْلقَمِيْصَ وَ السَّرَاوِيْلَ وَ اْلعَمَائِمَ وَ اْلبَرَانِسَ وَ اْلخِفَافَ اِلاَّ اَنْ يَكُوْنَ رَجُلٌ لَيْسَ لَهُ نَعْلاَنِ فَلْيَلْبَسِ اْلخُفَّيْنِ اَسْفَلَ مِنَ اْلكَعْبَيْنِ، وَ لاَ تَلْبَسُوْا شَيْئاً مِنَ الثّيَابِ مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ وَ لاَ وَرْسٌ. البخارى 7: 38
Dari ’Abdullah, ia berkata : Ada seorang laki-laki berdiri, lalu bertanya, ”Ya Rasulullah, pakaian apa yang engkau perintahkan kepada kami untuk kami pakai ketika ihram ?”. Rasulullah SAW bersabda, ”Jaganlah kalian memakai baju, celana, sorban, kopiah, dan sepatu khuff, kecuali seseorang yang memang tidak mempunyai sepasang sandal, maka dia boleh memakai khuff yang dibawah mata kaki. Dan janganlah kalian memakai pakaian apapun yang dicelup za’faran dan wars”. [HR Bukhari juz 7, hal. 38]
عَنْ سَالِمٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ يَلْبَسُ اْلمُحْرِمُ اْلقَمِيْصَ وَ لاَ اْلعِمَامَةَ وَ لاَ السَّرَاوِيْلَ وَ لاَ اْلبُرْنُسَ وَ لاَ ثَوْبًا مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ وَ لاَ وَرْسٌ وَ لاَ اْلخُفَّيْنِ اِلاَّ لِمَنْ لَمْ يَجِدِ النَّعْلَيْنِ، فَاِنْ لَمْ يَجِدْهُمَا فَلْيَقْطَعْهُمَا اَسْفَلَ مِنَ اْلكَعْبَيْنِ. البخارى 7: 38
Dari Salim, dari ayahnya, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ”Orang yang sedang menjalankan ihram tidak boleh memakai baju, tidak boleh memakai sorban, tidak boleh memakai celana, tidak boleh memakai kopiah, dan juga tidak boleh memakai pakaian apapun yang dicelup za’faran dan wars. Dan dan tidak boleh memakai khuff, kecuali bagi seseorang yang memang tidak mendapati sandal, maka hendaklah dia memotong sepatu khuffnya sehingga menjadi dibawah mata kaki”. [Bukhari juz 7, hal. 38]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا يَلْبَسُ اْلمُحْرِمُ مِنَ الثّيَابِ؟ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تَلْبَسُوا اْلقُمُصَ وَ لاَ اْلعَمَائِمَ وَ لاَ السَّرَاوِيْلاَتِ وَ لاَ اْلبَرَانِسَ وَ لاَ اْلخِفَافَ اِلاَّ اَحَدٌ لاَ يَجِدُ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ خُفَّيْنِ وَ لْيَقْطَعْهُمَا اَسْفَلَ مِنَ اْلكَعْبَيْنِ وَ لاَ تَلْبَسُوْا مِنَ الثّيَابِ شَيْئًا مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ وَ لاَ وَرْسٌ. البخارى 7: 38
Dari ’Abdullah bin ’Umar, sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya, ”Ya Rasulullah, pakaian apakah yang boleh dipakai oleh orang yang ihram?”. Rasulullah SAW menjawab, ”Janganlah kalian memakai gamis, sorban, celana, kopiah, dan sepatu khuff, kecuali bagi orang yang tidak mempunyai sandal, maka dia boleh memakai sepatu khuff, tetapi harus memotongnya sehingga menjadi di bawah mata kaki. Dan janganlah kalian memakai pakaian apapun yang dicelup za’faran dan wars”. [HR Bukhari 7, hal. 38]
عَنِ سَالِمٍ عَنْ اَبِيْهِ رض قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ ص: مَا يَلْبَسُ اْلمُحْرِمُ؟ قَالَ: لاَ يَلْبَسُ اْلمُحْرِمُ اْلقَمِيْصَ، وَ لاَ اْلعِمَامَةَ، وَ لاَ الْبُرْنُسَ، وَ لاَ السَّرَاوِيْلَ، وَ لاَ ثَوْباً مَسَّهُ وَرْسٌ وَ لاَ زَعْفَرَانٌ وَ لاَ اْلخُفَّيْنِ. اِلاَّ اَنْ لاَ يَجِدَ نَعْلَيْنِ فَلْيَقْطَعْهُمَا، حَتَّى يَكُوْنَا اَسْفَلَ مِنَ اْلكَعْبَيْنِ. مسلم 2: 835
Dari Salim, dari ayahnya RA, ia berkata : Nabi SAW pernah ditanya tentang pakaian yang (boleh) dipakai oleh orang yang sedang ihram (muhrim). Rasulullah SAW menjawab, ”Dia tidak boleh memakai kemeja, sorban, kopiah, dan celana dan tidak boleh memakai pakaian yang dicelup dengan wars dan za’faran, dan tidak boleh memakai dua sepatu khuff, kecuali kalau tidak mendapatkan dua sandal (boleh memakai khuff) tetapi hendaklah ia potong keduanya sehingga menjadi dibawah dua mata kaki”. [HR. Muslim juz 2, hal. 835].
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّهُ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ يَلْبَسَ اْلمُحْرِمُ ثَوْبًا مَصْبُوْغًا بِوَرْسٍ اَوْ زَعْفَرَانٍ. ابن ماجه 2: 977، رقم 2930
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwasanya dia berkata : Rasulullah SAW melarang orang yang berihram memakai pakaian yang dicelup wars atau za’faran. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 977, no. 2930]
Keterangan :
- Za’faran adalah jenis tumbuh-tumbuhan di negeri ’Arab yang berwarna merah kekuningan, biasa dipakai untuk mewarnai kain dan dibuat minyak wangi.
- Wars adalah jenis tumbuh-tumbuhan di negeri ’Arab yang berwarna kuning dan berbau wangi yang biasa untuk mewarnai kain.
2. Bagi Wanita
Pakaian ihram bagi wanita bebas menutup aurat, tidak boleh memakai sarung tangan dan tutup muka (cadar)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى النّسَاءَ فِى اِحْرَامِهِنَّ عَنِ اْلقُفَّازَيْنِ وَ النّقَابِ وَ مَا مَسَّ اْلوَرْسُ وَ الزَّعْفَرَانُ مِنَ الثّيَابِ، وَلْتَلْبَسْ بَعْدَ ذلِكَ مَا اَحَبَّتْ مِنْ اَلْوَانِ الثّيَابِ مُعَصْفَراً اَوْ خَزًّا اَوْ حُلِيًّا اَوْ سَرَاوِيْلَ اَوْ قَمِيْصاً اَوْ خُفًّا. ابو داود 2: 166، رقم: 1827
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW melarang para wanita dalam ihram mereka memakai dua sarung tangan dan tutup muka (cadar) dan pakaian yang dicelup dengan wars dan za’faran, tetapi boleh ia memakai selain dari itu apa-apa yang ia sukai dari bermacam-macam pakaian yang dicelup dengan ‘ushfur atau sutera atau perhiasan atau celana atau baju” atau sepatu. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 166, no. 1827]
Keterangan :
Ushfur adalah jenis tumbuh-tumbuhan yang berwarna kuning yang biasa dipakai untuk mewarnai kain.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَلْمُحْرِمَةُ لاَ تَنْتَقِبْ وَ لاَ تَلْبَسِ اْلقُفَّازَيْنِ. ابو داود 2: 165، رقم: 1826
Dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Wanita yang berihram, jangan memakai cadar dan jangan memakai sarung tangan”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 165, no. 1826]
Miqat Haji
Miqat ada dua macam, yaitu miqat Zamaniy dan miqat makaniy.
1. Miqat Zamaniy
Ialah batas waktu permulaan memulai ihram ibadah hajji waktunya ialah seluruh bulan Syawwal, seluruh bulan Dzulqa’dah dan sepuluh hari bulan Dzulhijjah. Jadi Miqat Zamani adalah mulai tanggal satu Syawwal sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah.
Allah SWT berfirman :
الحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمَاتٌ. البقرة: 197
(Musim) hajji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. [QS. Al-Baqarah : 197].
2. Miqat Makaniy
Ialah batas tempat untuk memulai ihram ibadah hajji. Miqat Makani terdiri dari beberapa tempat sebagai berikut :
عَنِ ابْنِ عبَّاسٍ قَالَ: وَقَّتَ رَسُوْلُ اللهِ ص ِلاَهْلِ اْلمَدِيْنَةِ ذَا اْلحُلَيْفَةِ، وَ ِلاَهْلِ الشَّأْمِ اْلجُحْفَةَ، وَ ِلاَهْلِ نَجْدٍ قَرْنَ اْلمَنَازِلِ، وَ ِلاَهْلِ اْليَمَنِ يَلَمْلَمَ فَهُنَّ لَهُنَّ وَ لِمَنْ اَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِ اَهْلِهِنَّ لِمَنْ كَانَ يُرِيْدُ اْلحَجَّ وَ اْلعُمْرَةَ، فَمَنْ كَانَ دُوْنَهُنَّ فَمُهَلُّهُ مِنْ اَهْلِهِ وَ كَذَاكَ حَتَّى اَهْلُ مَكَّةَ يُهِلُّوْنَ مِنْهَا. البخارى 2: 142
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW menentukan miqat bagi penduduk Madinah adalah Dzul Hulaifah, bagi penduduk Sya’m (Syam) adalah Juhfah, bagi penduduk Najd adalah Qarnul Manazil, dan bagi penduduk Yaman adalah Yalamlam. ”Masing-masing miqat itu untuk masing-masing daerah tersebut dan untuk orang-orang yang datang padanya yang bukan dari penduduk miqat itu bagi orang yang akan menunaikan ibadah hajji dan ‘umrah. Dan barangsiapa yang dibawah miqat-miqat itu, maka tempat memulai ihramnya ialah dari rumahnya. Demikianlah sehingga penduduk Makkah memulai ihram dari Makkah juga”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 142].
عَنِ ابْنِ عبَّاسٍ قَالَ: اِنَّ النَّبِيَّ ص وَقَّتَ ِلاَهْلِ اْلمَدِيْنَةِ ذَا اْلحُلَيْفَةِ، وَ ِلاَهْلِ الشَّامِ اْلجُحْفَةَ، وَ ِلاَهْلِ نَجْدٍ قَرْنَ اْلمَنَازِلِ، وَ ِلاَهْلِ اْليَمَنِ يَلَمْلَمَ، هُنَّ لَهُنَّ وَ لِمَنْ اَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِهِنَّ مِمَّنْ اَرَادَ اْلحَجَّ وَ اْلعُمْرَةَ، وَ مَنْ كَانَ دُوْنَ ذلِكَ فَمِنْ حَيْثُ اَنْشَأَ حَتَّى اَهْلُ مَكَّةَ مِنْ مَكَّةَ. البخارى 2: 142
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW menentukan miqat bagi penduduk Madinah adalah Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam adalah Juhfah, bagi penduduk Najd adalah Qarnul Manazil, dan bagi penduduk Yaman adalah Yalamlam. ”Masing-masing miqat itu untuk masing-masing daerah tersebut dan untuk orang-orang yang datang padanya yang bukan dari penduduk miqat itu bagi orang yang akan menunaikan ibadah hajji dan ‘umrah. Dan barangsiapa yang dibawah miqat-miqat itu, maka tempat memulai ihramnya ialah dari rumahnya. Demikianlah sehingga penduduk Makkah memulai ihram dari Makkah juga”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 142].
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: يُهِلُّ اَهْلُ اْلمَدِيْنَةِ مِنْ ذِى اْلحُلَيْفَةِ وَ اَهْلُ الشَّأْمِ مِنَ اْلجُحْفَةِ وَ اَهْلُ نَجْدٍ مِنْ قَرْنٍ. قَالَ عَبْدُ اللهِ وَ بَلَغَنِى اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: وَ يُهِلُّ اَهْلُ اْليَمَنِ مِنْ يَلَمْلَمَ. البخارى 2: 142
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Penduduk Madinah memulai ihram dari Dzul Hulaifah, penduduk Syam dari Juhfah, penduduk Najd dari Qarnun”. ‘Abdullah berkata : Telah sampai kepadaku, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dan memulai ihram penduduk Yaman dari Yalamlam”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 142]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: لَمَّا فُتِحَ هذَانِ اْلمِصْرَانِ اَتَوْا عُمَرَ فَقَالُوْا: يَا اَمِيْرَ اْلمُؤْمِنِيْنَ، اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص حَدَّ ِلاَهْلِ نَجْدٍ قَرْناً وَ هُوَ جَوْرٌ عَنْ طَرِيْقِنَا، وَ اِنَّا اِنْ اَرَدْنَا قَرْناً شَقَّ عَلَيْنَا. قَالَ: فَانْظُرُوْا حَذْوَهَا مِنْ طَرِيْقِكُمْ. فَحَدَّ لَهُمْ ذَاتَ عِرْقٍ. البخارى 2: 143
Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata : Setelah dua kota ini ditaklukkan (Bashrah dan Kuufah), orang-orang datang kepada ‘Umar (bin Khaththab) lalu berkata, “Ya Amirul Mu’minin, sesungguhnya Rasulullah SAW telah menentukan Qarnul Manazil untuk penduduk Najd, padahal dia itu menyimpang dari jalan kami, dan kami bila akan ke Qarnul Manazil itu sungguh memayahkan kami”. Lalu ‘Umar berkata, “Lihatlah jajarannya itu dari jalanmu”. (Ibnu ‘Umar berkata), “Kemudian (‘Umar) menetapkan Dzatu ‘Irqin untuk (miqat) mereka”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 143].
Keterangan : - Dari hadits-hadits di atas bisa kita pahami bahwa untuk penduduk Madinah wajib berihram dari tempat yang bernama Dzul Hulaifah (Bir ‘Ali). Untuk penduduk Syam dari Juhfah. Untuk penduduk Najd dari Qarnul Manaazil, dan penduduk Yaman dari Yalamlam.
- Adapun orang yang bukan dari penduduk Madinah, tetapi melewati Madinah dalam perjalanannya untuk mengerjakan hajji atau ‘umrah, maka ia wajib berihram dari Dzul Hulaifah juga.
- Demikian pula bagi orang yang perjalanannya tersebut melewati Juhfah, Qarnul Manaazil maupun Yalamlam, maka mulai ihramnya dari tempat-tempat tersebut. Pendek kata bagi orang yang akan mengerjakan hajji atau ‘umrah, maka miqat yang lebih dahulu ia temui, di situlah ia memulai berihram.
- Orang yang tempat kediamannya sesudah Dzul Hulaifah, yakni ia bertempat tinggal di suatu tempat antara Dzul Hulaifah dan Makkah, maka orang ini berihram dari rumahnya. Demikian pula orang-orang yang berkediaman antara Makkah dan lain-lain miqat.
Adapun untuk jamaah haji dari Indonesia yang keberangkatannya dibagi menjadi dua gelombang :
- Gelombang Pertama yang terbang dari Indonesia mendarat di bandara King Abdul Aziz Jeddah dan langsung di berangkatkan ke Madinah maka miqatnya adalah di Dzil Hulaifah (Bir Ali) ± 486 km dari Makkah.
- Gelombang Kedua yaitu jamaah yang mendarat di bandara King Abdul Aziz Jeddah kemudian di berangkatkan ke Makkah maka miqat mereka di Airport King Abdul Aziz di Jeddah 107 km dari Mekkah.
Penetapan ini berdasarkan fatwa Syaikh Abdullah bin Zaid Al-Mahmud ketua Mahkamah Syari’ah negara Qatar dan keputusan MUI tanggal 29 Maret 1980. (Buku Bimbingan Manasik Depag RI).
Dianjurkan Mandi, Memakai Wangi-wangian Bagi Yang Akan Ihram
قَالَ ابْنُ عُمَرَ : مِنَ السُّنَّةِ اَنْ يَغْتَسِلَ الرَّجُلُ اِنْ اَرَادَ اَنْ يُحْرِمَ. البزّار فى مجمع الزوائد 3: 371، رقم: 5323
Ibnu Umar berkata : Menurut sunnah bahwa orang (mesti) mandi apabila hendak berihram. [HR. Al-Bazzar dalam Majma’uz Zawaaid juz 3, hal. 371, no.5323].
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا اَرَادَ اَنْ يُحْرِمَ، يَتَطَيَّبُ بِاَطْيَبِ مَا يَجِدُ، ثُمَّ اَرَى وَبِيْصَ الدُّهْنِ فِى رَأْسِهِ وَ لِحْيَتِهِ بَعْدَ ذلِكَ. مسلم 2: 848
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila akan berihram beliau memakai wangi-wangian dengan sebaik-baik yang ada padanya. Kemudian sesudah itu saya melihat kilat minyak itu di kepala beliau dan di jenggot beliau”. [HR. Muslim juz 2, hal. 848].
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا قَالَتْ: كُنْتُ اُطَيّبُ رَسُوْلَ اللهِ ص ِلاِحْرَامِهِ قَبْلَ اَنْ يُحْرِمَ وَ لِحِلّهِ قَبْلَ اَنْ يَطُوْفَ بِاْلبَيْتِ. مسلم 2: 846
Dari ‘Aisyah RA, bahwasanya ia berkata : Aku memberi minyak wangi pada Rasulullah SAW untuk ihram beliau sebelum beliau berihram, dan untuk tahallul beliau sebelum beliau thawaf di Baitullah”. [HR. Muslim juz 2, hal. 846]
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ رض: بِاَيّ شَيْءٍ طَيّبْتِ رَسُوْلَ اللهِ ص عِنْدَ حُرْمِهِ؟ قَالَتْ: بِاَطْيَبِ الطّيْبِ. مسلم 2: 847
Dari ‘Utsman bin ‘Urwah, dari ayahnya, ia berkata : Aku bertanya kepada ‘Aisyah RA, “Dengan apa engkau memberi minyak wangi pada Rasulullah ketika akan berihram ?”. ‘Aisyah menjawab, “Dengan sebaik-baik minyak wangi”. [HR. Muslim juz 2, hal. 847]
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عُرْوَةَ قَالَ: سَمِعْتُ عُرْوَةَ يُحَدّثُ عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كُنْتُ اُطَيّبُ رَسُوْلَ اللهِ ص بِاَطْيَبِ مَا اَقْدِرُ عَلَيْهِ قَبْلَ اَنْ يُحْرِمَ، ثُمَّ يُحْرِمُ. مسلم 2: 847
Dari ‘Utsman bin ‘Urwah, ia berkata : Saya mendengar ‘Urwah menceritakan dari ‘Aisyah RA, ia berkata , “Saya memberi minyak wangi pada Rasulullah SAW dengan sebaik-baik apa yang ada pada saya sebelum beliau berihram, kemudian beliau berihram”. [HR. Muslim juz 2, hal. 847]
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا قَالَتْ: طَيّبْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص لِحُرْمِهِ حِيْنَ اَحْرَمَ، وَ لِحِلّهِ قَبْلَ اَنْ يُفِيْضَ بِاَطْيَبِ مَا وَجَدْتُ. مسلم 2: 847
Dari ‘Aisyah RA, bahwasanya ia berkata, “Aku memakaikan minyak wangi pada Rasulullah SAW untuk ihram beliau ketika akan berihram, dan untuk tahallul beliau sebelum beliau thawaf ifadlah, dengan sebaik-baik minyak wangi yang aku dapatkan”. [HR. Muslim juz 2, hal. 847] 38
Keterangan : Memakai wangi-wangian ini hanya khusus untuk pria.